Kata kiai di Indonesia sangat populer untuk menyebut seseorang yang
mempunyai kedalaman ilmu agama Islam. Namun terdapat dua nama yang
kurang akrab dipanggil kiai, meski keduanya dikenal mempunyai kedalaman
ilmu agama. Pertama, Hasyim Asyari yang lebih dikenal dengan sebutan hadratussyaikh; kedua, Cholil bin Abdul Lathif dari Bangkalan, yang dikenal dengan sebutan syaikhuna, artinya ‘guru kita’.
Syaikhuna Cholil Bangkalan lahir pada 11 Jamadilakhir 1235H,
bertepatan dengan 27 Januari 1820 M.; dan wafat pada hari kamis, 29
Ramadhan 1343 H (1925 M) Pukul 04.00 WIB. Setelah salat Ashar, jenazah
beliau disalati di Mesjid Jami Bangkalan dan dimakamkan di daeah
Demangan Bangkalan.
di Kampung Senenan, Kemayoran, Bangkalan Madura, Jawa Timur. Bermula
belajar langsung kepada ayahanda sendiri, dilanjutkan menjadi santri
kelana, seperti belajar kepada KH. Muhammad Nur (Langitan, Tuban),
berlanjut ke Pondok Pesantren Cangaan (Bangil, Pasuruan), Pondok
Pesantren Keboncandi, Pondok pesantren Sidogiri (Pasuruan),
Pada 1276 H. / 1859 M Syaikhuna Cholil Bangkalan menuju
Mekah dan berguru kepada Syeikh Nawawi al-Bantani, Syeikh Utsman bin
Hasan ad-Dimyathi, Saiyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Mustafa bin
Muhammad al-Afifi al-Makki, Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud asy-Syarwani.
Terkhusus ilmu hadits, beliau mendapatkan sanad hadis musalsal dari
Syeikh Nawawi al-Bantani dan Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail al-Bimawi
(Bima,Sumbawa).
Sesuai dengan symbol syaikhuna di depan namanya, Syaikhuna Cholil Bangkalan adalah guru para kiai di Nusantara, termasuk guru hadratussyaikh Hasyim Asyari. Karena itu dalam proses pendirian Nahdlatul Ulama, peran Syaikhuna Cholil Bangkalan sangat menentukan.
Syaikhuna Cholil Bangkalan menguasai segala macam keilmuan
Islam. Bahkan beliau dipercaya sebagai kiai pertama kali yang
memperkenalkan grammatika Arab, al-Fiyah ibn Malik di
Nusantara. Di samping keluasan ilmu gramatika Arab, beliau juga dikenal
sebagai kiai yang berhasil menggabungkan ilmu fiqh dan tarekat.
Sebagian kecil peninggalan beliau yang masih dikenali masyarakat
adalah beberapa pondok pesantren yang sampai saat ini masih eksis,
seperti Pondok Pesantren Jangkibuan dan Pondok Pesantren Kademangan.
Keduanya terletak di Bangkalan Madura. Terdapat juga kitab as-Silah fi Bayanin nikah, sebuah kitab tentang tata cara dan hukum pernikahan. Terdapat juga bait-bait salawat I’anatur Roqibin yang
disusun oleh KH. Muhammad Kholid, terbitan Pesantren Roudlotul Ulum,
Sumber Wringin, Jember. Jawa Timur. Peninggalan lainnya adalah kitab al-Haqibah, yang berisi zikir dan wirid yang dihimpun KH. Mustofa Bisri, Rembang, Jawa Tengah.
Meninggal dunia pada usia 106 tahun, Syaikhuna Cholil Bangkalan telah
melahirkan kiai-kiai berpengaruh, di antara murid-muridnya adalah Di
antara para muridnya itu adalah KH Hasyim Asy’ari (pendiri
Pondok-pesantren Tebuireng, Jombang, dan pengasas Nahdhatul Ulama), KH
Abdul Wahhab Hasbullah (pendiri Pondok-pesantren Tambakberas, Jombang);
KH Bisri Syansuri (pendiri Pondok Pesantren Denanyar), KH Ma’shum
(pendiri Pondok Pesantren Lasem, Rembang), KH Bisri Mustofa (pendiri
Pondok-pesantren Rembang), dan KH As’ad Syamsul `Arifin (pengasuh
Pondok-pesantren Asembagus, Situbondo).
(dari berbagai sumber)